ARTICLE AD BOX
Football5Star.net, Indonesia – Persib Bandung, dengan back to back juara Liga 1, bisa dibilang sebagai klub terkuat di Indonesia. Namun, menurut pelatih Bojan Hodak, Maung Bandung tidak akan bisa berbuat banyak seandainya bermain di Liga Kroasia. Dia bahkan tak ragu menyebut anak-anak asuhnya hanya akan berada di papan bawah dan berjuang menghindari degradasi.
Pandangan Hodak didasarkan pada materi pemain yang belum merata di semua lini. Secara khusus, dia menyoroti perbedaan kualitas antara pemain lokal dan asing yang masih sangat jomplang. Hal itulah yang akan membuat Persib tak akan bisa bersaing dengan klub-klub papan atas Kroasia seperti Hajduk Split dan Dinamo Zagreb.

“Saya hanya akan berada di dekat dasar (klasemen) dengan Persib. Kami akan bertarung untuk bisa bertahan. Itulah realitasnya dan mencerminkan perbedaan yang ada. Kebanyakan pemain asing di sini bagus dan bisa bermain tanpa kesulitan di Liga Kroasia. Namun, tidak demikian dengan para pemain lokal,” urai Bojan Hodak seperti dikutip Football5Star.net dari Jutarnji List.
Dia lantas menambahkan, “Itu sebabnya, (klub-klub) Indonesia menyukai pemain asing. Itu pula yang mendasari kami membawa Mateo Kocijan, eks kapten Slaven Belupo. Dia dominan secara fisik dan mampu bermain untuk kami di semua posisi di pertahanan dan lini tengah. Para pemain Eropa menjadi pembeda di sini. Semuanya ingin memiliki mereka di timnya.”

Dua Kesamaan Menurut Bojan Hodak
Terlepas dari hal itu, Bojan Hodak melihat ada beberapa hal yang lumayan sama antara sepak bola Indonesia dan Kroasia. Di antaranya soal kegilaan suporter dan kondisi finansial. Soal suporter, dia menyebut fanatisme bobotoh Persib Bandung sama dengan fanatisme para pendukung Hajduk Split. Terkait itu, dia juga membahas soal rivalitas antarsuporter.
“Derbi antara kami dan Persija jakarta adalah rivalias yang jauh lebih keras. Saya tak bisa membandingkannya dengan level Dinamo vs Hajduk. Mungkin dengan rivalitas yang ada sebelumnya, yakni Dinamo dengan Crvena (Zvezda) atau Hajduk dengan Partizan (Belgrade),” ujar Hodak. “Kami datang ke laga debi dengan rantis. Suporter melempari kami dengan batu, tongkat, dan botol.”

Sementara itu, secara mengejutkan, pelatih berumur 54 tahun itu menyebut kondisi finansial klub-klub Indonesia tidak jauh beda dengan Kroasia. Demikian pula dengan para pemain yang berlaga di kedua liga. Artinya, soal kesejahteraan, pemain-pemain di Indonesia tak jauh beda dari para pemain di negerinya.
“Kira-kira setara dengan Kroasia, mungkin bahkan setara dengan klub-klub papan atas di liga utama Kroasia. Di sini, para pemain hidup dari sepak bola, baik di divisi I maupun divisis II. Mereka semua berstatus pemain profesional,” kata pelatih kedua yang mampu menjuarai Liga 1 secara back to back tersebut.
