ARTICLE AD BOX
Bola.net - Sarat akan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), di luar dan dalam lapangan. Kesan itu yang terlihat dalam pagelaran Piala Presiden 2024 yang merupakan edisi ke enamnya ini.
Sebagaimana kita ketahui bersama dari lima edisi sebelumnya, turnamen Piala Presiden adalah cerminan sepakbola prestasi sebagai hiburan rakyat yang pengelolaannya transparan dan menghidupkan perekonomian di sekitarnya. Ekonomi berbasis kerakyatan diharapkan selalu tumbuh seiring penyelenggaraan turnamen ini.
Para penjual merchandise yang mengelilingi stadion bersama para pedagang makanan hingga asongan di tribun, akhirnya mendapatkan kesempatannya untuk menambah pundi-pundi rupiah. Omset mereka selalu naik seiring penyelenggaraan turnamen yang tahun ini menginjak edisi ke enam itu.
Itu di luar lapangan, sementara di dalam lapangan, geliat UMKM pun terlihat saat Opening Ceremony Piala Presiden 2024 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, 19 Juli lalu. Elang Mahkota Teknologi (Emtek) Group sebagai pemegang hak siar menggagas opening dengan melibatkan para pelaku seni dan anak-anak dari SSB (Sekolah Sepak Bola). Lalu, apa kaitannya mereka dengan UMKM?
Jadi, begini. Seniman adalah salah satu bentuk kewirausahaan berbasis karya. Tarian yang dipertunjukkan di pembukaan tersebut adalah karya yang jika dikonversikan ke bentuk usaha maka akan menjadi "produk". Sedangkan usaha mereka untuk mengkreasikan dan melatihnya di sanggar-sanggar sebelum tampil adalah “proses produksi”. Sanggar atau sarana berlatih itu adalah “rumah produksi” dan ini semua sudah masuk dalam sarat sebagai sebuah UMKM.
Bisa dibayangkan berapa perputaran ekonomi di balik tarian kolaborasi antara jaipong, modern, penari kipas dan cepot tersebut. Mulai kostum, biaya latihan, produksi, properti dan lain-lainya. Belum lagi jika dikalikan dengan para seniman yang tampil di hadapan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana tersebut. Menurut data dari Organizing Committee Piala Presiden 2024, pertunjukan opening ini melibatkan 200 seniman yang terdiri dari 30 personel rampak kendang, 100 penari jaipong, 50 penari kipas, dan 20 penari cepot. Tinggal mengalikan saja.
Perputaran ekonomi di dalam lapangan dari sisi hiburan ini pun masih akan bertambah manakala para penyanyi nasional seperti Tompi, Novia Bachmid, Melly Lee, Indi Gunawan dkk turut berpartisipasi dalam pagelaran opening yang disiarkan secara langsung oleh Emtek Group ini.
Itu dari sisi seniman. Sebelum dan sesudah pembukaan itu, sejumlah 63 anak dari Sekolah Sepak Bola (SSB) di sekitar Bandung juga turut memberikan hiburan manakala mereka dipertandingkan melawan 6 pemain veteran Persib Bandung dan Timnas Indonesia seperti Markus Horison, Robby Darwis, Atep, Zaenal Arief, hingga Yaris Riadi. Jumlah 63 anak itu diambil dari usia Presiden Joko Widodo saat ini, sedangkan enam pemain legenda itu merupakan perlambang Piala Presiden edisi yang keenam.
Nah, selayaknya sanggar-sanggar seni sebagai bentuk UMKM, pun begitu dengan SSB. Para talenta muda yang tampil di pembukaan itu selama ini diasah di SSB yang tentu saja menggunakan prinsip-prinsip ekonomi dalam pengelolaannya. Sebagaimana sebuah ‘sekolah’ tentu ada perputaran uang untuk iuran bulanan, fasilitas latihan dan perawatannya, bola, sepatu hingga seragam yang tentu saja bisa saling menguntungkan dengan UMKM lain.
Tak pernah ada yang tahu berapa dari 63 anak tersebut yang menjadi produk SSB dan benar-benar terjun di sepakbola profesional nantinya. Namun yang pasti SSB selaku UKM terus memoles dan merawat talenta mereka demi investasi jangka panjang ini.
Dari pertandingan hiburan di opening itu setidaknya kita boleh sedikit tersenyum bangga kepada 63 anak ini. Mereka sudah mulai menggunakan strategi dan taktik meskipun hanya laga penghibur di acara pembukaan.
Team work penuh taktik itu mereka tunjukkan kala mencetak gol ke gawang enam legenda itu. Sekitar 8 pemain melumpuhkan Markus Horison, sementara yang lain tinggal memasukkan bola ke gawang yang sudah tanpa penjaga. Strategi jitu yang menghibur!.