ARTICLE AD BOX
Football5Star.net, Indonesia – Ange Postecoglou tak terima dianggap badut jika Tottenham Hotspur gagal memenangi final Liga Europa 2024-25, Kamis (22/5/2025) dini hari WIB. Dia tersinggung oleh sebuah artikel di London Evening Standard jelang all English final di Stadion San Mames, Bilbao.
Menurut The Standard, Postecoglou berada pada posisi aneh, yakni antara pahlawan dan badut. Posisi itu akan ditentukan oleh hasil laga melawan Manchester United pada final Liga Europa. Bagi pelatih asal Australia itu, penggunaan diksi “badut” sangatlah menyinggung dan tak dapat diterima.

“Terlepas dari hasil esok, saya bukan badut dan tak akan pernah jadi seperti itu,” urai Ange Postecoglou seperti dikutip Football5Star.net dari BBC. “Anda benar-benar mengecewakan saya dengan menggunakan terminologi seperti itu untuk menggambarkan orang yang telah 26 tahun, tanpa bantuan siapa pun, bekerja hingga mencapai posisi ini dan memimpin klubnya ke final Eropa.”
Lebih lanjut, pelatih yang sebelumnya sempat membawa Celtic FC meraih treble winners domestik di Skotlandia pada 2022-23 itu mengungkapkan dengan tegas, “Jika Anda mengatakan, ketika kami tak sukses berarti saya adalah seorang badut, saya tak tahu bagaimana harus menjawabnya.

Milestone Ange Postecoglou
Terlepas dari hasil yang diraih Tottenham Hotspur pada final Liga Europa 2024-25, Ange Postecoglou tetap merasa sebagai orang sukses. Dia juga menilai kegagalan juara bersama The Lilywhites sama sekali tak akan menodai pencapaiannya selama ini. Apalagi, dia punya kisah hidup yang unik.
“Saya lahir di Yunani. Ayah saya memastikan saya tahu apa artinya menjasi orang Yunani. Lalu, saya tumbuh di Australia, tempat sepak bola bukanlah olahraga ternama. Saya merasa sangat aneh. Di Australia, soal olahraga, Anda akan melawan siapa pun, tak peduli seberapa besar atau kuatnya lawan yang dihadapi,” iujar Postecoglou lagi.

Satu hal menarik, laga melawan Manchester United di San Mames nanti akan jadi milestone bagi Postecoglou. Itulah pertandingan ke-100 yang dijalaninya sebagai manajer Tottenham. Sejauh ini, dia telah membawa The Lilywhites meraup 46 kemenangan, 39 kekalahan, dan 14 kali imbang. Sejak Mauricio Pochettino, dia jadi orang pertama yang mencapai milestone tersebut.
Akan tetapi, nasibnya di ujung tanduk. Dia disebut-sebut akan dipecat pada akhir musim nanti. Mengenai hal itu, dia tak ambil pusing. Dia menyebut dirinya pergi setelah timnas Australia lolos ke Piala Dunia, juga meninggalkan Celtic setelah meraih treble. Begitu pula saat menangani Brisbane Roars.
