Microsoft Down, Penumpang Mengular di Bandara Changi Singapura

2 months ago 36
ARTICLE AD BOX

Singapura -

Terjadi gangguan secara global pada operasi peralatan Microsoft membuat sistem di beberapa bandara internasional terganggu. Salah satunya di Bandara Changi, Singapura, gangguan itu membuat penumpang antre panjang hingga tertinggal pesawat.

Dilansir CNA, Rabu (19/7/2024), mesin check-in mandiri mati di Terminal 1 Bandara Changi, menyebabkan antrean panjang. Beberapa penumpang yang diajak bicara oleh CNA mengatakan mereka cemas dan frustrasi karena mereka tidak yakin bisa berangkat ke penerbangan mereka.

Penumpang lain ada ketinggalan penerbangan karena pemadaman TI (Teknologi Informasi) global dan perdebatan dengan manajemen penerbangan Scoot.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Changi Airport Group mengatakan pemadaman IT global telah berdampak pada lebih dari 10 maskapai penerbangan. Beberapa maskapai penerbangan yang terdampak antara lain Scoot, Jetstar, Cebu Air Pacific, dan Firefly.

"Kami terus memantau dan mengelola situasi yang timbul dari pemadaman sistem TI secara global," katanya. "Kami telah bekerja sama dengan mitra bandara kami untuk menyediakan sumber daya tambahan guna mendukung proses check-in manual.

"Pada saat yang sama, staf darat Bandara Changi telah memberikan bantuan kepada penumpang yang terkena dampak... Kami berterima kasih kepada penumpang kami atas kesabaran dan pengertian mereka, dan membantu menjaga situasi di terminal kami tetap tertib."

Penyebab Gangguan

Perusahaan keamanan siber CrowdStrike menyampaikan terjadi gangguan hingga membuat pemadaman TI secara global. Akhirnya, sistem di bandara dan perusahaan di beberapa negara down.

Gangguan teknologi yang dipicu oleh pembaruan perangkat lunak menjungkirbalikkan bisnis di seluruh dunia pada hari Jumat malam. CrowdStrike, salah satu perusahaan keamanan siber paling populer di dunia, mengatakan salah satu pembaruannya menyebabkan sistem operasi Microsoft Windows mogok dan menampilkan layar biru, yang secara informal dikenal sebagai Blue Screen of Death.

Perusahaan AS itu mengatakan itu bukan insiden keamanan atau serangan siber dan perbaikan telah dilakukan. Gangguan TI terjadi di seluruh dunia, sehingga berdampak pada penerbangan, perbankan, dan operasional perusahaan di negara-negara seperti Singapura, Amerika Serikat, Inggris, India, dan Australia.

CEO CrowdStrike George Kurtz telah meminta maaf atas kegagalan teknologi global yang mengganggu banyak industri, dan berjanji untuk bekerja sama dengan semua pelanggannya saat mereka berupaya agar operasi mereka kembali online.

"Kami sangat menyesal atas dampak yang kami timbulkan terhadap pelanggan, wisatawan, dan siapa pun yang terkena dampak hal ini, termasuk perusahaan kami," katanya kepada program Today di NBC News. "Banyak pelanggan yang me-reboot sistem dan sistem itu muncul dan dapat beroperasi.

Kurtz menambahkan bahwa pembaruan pada perangkat lunak "Falcon Sensor" yang banyak digunakan memiliki "bug perangkat lunak" yang menyebabkan masalah pada sistem operasi Microsoft.

(aik/idn)

Read Entire Article